Get Gifs at CodemySpace.com

Kamis, 04 Juli 2013

berlari-lari



Berlari-lari
Fil 3:13-14

“dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”(14)

Setiap kita pastinya ingin menggapai satu titik tertentu dalam hidup ini. Dalam mencapai hal tersebut setiap pribadi harus mempunyai sikap pasti, walaupun kadang kala kita tidak sadar kita sulit mencapai hal itu karena adanya banyak factor penghambat. Namun harusnya kita tidak boleh menyerah kalah. Begitupula kerinduan gereja kita untuk bersama-sama masuk kepada next level, setiap pribadi didalamnya haruslah berusaha. Kemajuan bukanlah sesuatu yang instant atau sesuatu yang terjadi tanpa sebuah kemauan dari dalam diri, entah kemajuan dalam hal apapun itu dorongan dan usaha pribadi sangatlah diperlukan dan minggu ini kita akan belajar dari pribadi Paulus dalam mengusahakan keberadaannnya mencapai level yang lebih tinggi.

            Yang pertama, yang rasul Paulus lakukan untuk mencapai level yang lebih tinggi adalah dia memiliki sasaran hidup yang tepat. Ya sasaran utama dari dalam hidup kita haruslah kita tetapkan, dalam ayat 14 rasul Paulus mengajarkan kepada kita untuk menetapkan satu titik yang sangat penting bagi setiap hidup manusia yaitu panggilan sorgawi. Mungkin ini hal yang tidak bisa dipahami oleh orang dunia, mengapa sasaran terpenting adalah panggilan sorgawi, bukankah lebih penting menikmati dunia ini dengan menentukan sasaran ataupun cita-cita terbesar didunia misalnya menjadi orang terkaya, terhebat ataupun terkenal. Mengapa harus memikirkan panggilan sorgawi?, memang alasan didepan kelihatannya sesuatu hal yang lebih realistis bahwa didunia ini menjadi terkaya, terkenal ataupun terhebat adalah sesuatu yang indah namun perlu diingat semuanya itu tidak akan pernah membuat seseorang puas akan hidupnya. Sampai saat ini tidak pernah seorang yang memiliki sasaran hidup sebagai orang terkaya,terkenal ataupun terhebat puas dengan posisi hidupnya, itu terbukti dimana seorang yang kaya biasanya justru semakin hari semakin gila untuk menumpuk kekayaan meskipun ada banyak juga orang yang kaya dan hidup berbagi dengan orang lain. Begitupula para orang terhebat ataupun terkenal lainnya yang hidupnya justru merasa tidak puas ketika masa kejayaannya sepertinya meredup , Puji Tuhan berbeda dengan target ataupun sasaran orang dunia, Tuhan mengajar kita melalui rasul Paulus bahwa sasaran hidup kita adalah panggilan sorgawi. Mengapa hal itu menjadi berkat bagi kita? Lewat kehidupan rasul Paulus kita diajar untuk melihat panggilan sorgawi itu lebih indah dibandingkan dengan segala apa yang ada didunia. Seorang yang mampu menagkap panggilan sorgawi dalam hidupnya pastilah akan mendapatkan sukacita terbesar karena seorang yang hidup dalam panggilan sorgawi dalam kesehariaannya pastilah lebih mudah mengucap syukur karena adanya kesadaran bahwa hidupnya menuju kearah yang benar, dan hal itu yang kita lihat dalam pribadi rasul Paulus sehingga dia berkata untuk mencapai hal tersebut dia berusaha dengan keras yaitu berlari. Artinya dia mengejar hal tersebut dengan serius, dengan segenap tenaganya. Lalu bagaimana dengan kita apa sasaran kita hari ini?

Yang kedua adalah menumbuhkan harapan hidup. hal kedua yang  harus kita usahakan untuk mencapai pada level yang lebih tinggi dalam hidup ini adalah menumbuhkan harapan hidup. Orang yang mempunyai sasaran dan makna hidup yang tepat akan mendorong orang untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup sebaliknya orang yang mempunyai sasaran dan makna hidup salah membuat dia mudah berputus asa dan kehilangan pengharapan. Rasul Paulus mengajar kepada kita bahwa harapan itu masih ada dan terus ada. Dalam ayat 13 Firman Tuhan mengajar kita untuk belajar menghapus kenangan masalalu, melupakan hal yang telah terjadi dan menyongsong sesuatu yang baru. Dalam pertumbuhan rohaninya Paulus mungkin mendapat tekanan dari latar belakangnya dimana dia telah banyak melakukan penganiayaan terhadap orang-orang beriman atapun pengalam hidup masa lalunya yang diluar Tuhan namun itu tidak membuat dia putus asa justru ketika dia memiliki sasaran yang benar dalam hidupnya dia behasil mengalahkan tekanan masa lalu, dia tidak terpuruk dengan keadaanya namun dia berhasil bangkit karena dia tahu bahwa Tuhan yang menangkap hidupnya dan ketika Tuhan yang bekerja dalam hidupnya berarti ada kekuatan baru dan Tuhan pasti lebih jauh menjagainya. Dan hal itu harus menjadi satu kekuatan bagi hidup kita bahwa Allah terus bekerja dalam hidup kita. Jangan pernah terpuruk kepada keadaan masa lalu, jangan ijinkan iblis mengintimidasi kita sehingga kita tidak memiliki harapan baru dalam hidup ini. Yakin dan percayalah ketika Yesus memilih kita, saat itu berarti hidup kita sedang diperbaharui. Jangan buat hidup kita menjadi kantong anggur yang tua yang rusak karena diisi oleh anggur yang baru namun jadikan hidup kita sebagai kantong yang baru sehingga anggur itu dapat tersimpan dengan baik dalam hidup kita (luk 5:37-38).
Terus berlari dan miliki harapan dalam Tuhan Yesus dan itu akan membuat kita masuk pada level yang lebih Tinggi.

sikap hidup umat pilihan



Sikap hidup umat pilihan
Rut 1:7-2:23

dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.".”(10)

Dalam perjalanan hidup ini ada banyak peristiwa yang  mungkin saja terjadi dalam keseharian kita. Dan terhadap hal tersebut bisa saja kita memiliki respon yang berbeda-beda. Mungkin saja kita akan bersukacita, melompat kegirangan dan berkata Tuhan itu baik ketika kebahagiaan datang menghampiri hidup kita, namun dikala terjadi kesusahan ataupun penderitaan yang sepertinya datang beruntun mungkin kita bisa saja gusar dan bahkan mungkin saja menggerutu meskipun banyak diantara kita yang mampu mengatasi masa tersebut dengan berseru dan berharap pada Yesus. Minggu ini kita akan melihat sebuah perjalanan next level dari seorang wanita hebat yang bernama Rut, yang mampu tegar dalam hidupnya hingga akhirnya dia mampu sampai ketahap lebih tinggi. Seperti apakah dan faktor apa yang membuat dia mampu mengalami next level itu?

            Yang pertama, adalah adanya sikap luhur dari pribadi Rut. Dalam ayat 10 terlihat sebuah sikap yang luhur dari Rut dalam menghadapi situasi yang berat. Kita tahu kisah ini dimulai dari keluarga Elimelekh yang berusaha mencoba mencari peruntungan kedaerah Moab karena adanya kelaparan di tanah Israel namun harapan indah itu justru sirna dimana keluarga itu justru mengalami masa sulit dengan meninggalnya Elimelekh, dan disusul kedua anak lelakinya, hingga tinggallah Naomi dimasa tuanya disertai dua menantunya. Memang kita tidak dapat mempersalahkan kondisi tersebut, kita tidak bisa berkata mengapa Elimelekh kuatir akan hidupnya di Israel dan pergi ke Moab, yang justru disana menimbulkan penderitaan bagi keluarganya. Namun yang jelas dari kisah itu kita dibawa untuk mengerti ada waktu Tuhan, waktu yang diatur olehnya untuk kehidupan setiap pribadi. Dimana waktu-waktu itu, satu saat sepertinya berisikan kebahagiaan namun disisi lain ada bagian pergumulan. Naomi mengecap kebahagiaan dengan menikahnya anak-anaknya namun kemudian hilang karena kematian anak-anaknya. Kebahagian juga muncul dalam pribadi Rut salah seorang menantu Naomi dengan adanya karunia dipersunting oleh orang Israel namun kemudian berganti dengan kesedihan karena suaminya meninggal.

Akan tetapi dalam kesedihan dan mungkin berhadapan dalam masa sukar tersebut Rut menunjukkan sikap luhurnya. Dia berketetapan untuk tetap tinggal bersama mertuanya meskipun diberi pilihan untuk meninggalkan Naomi, dan sikap luhur dengan kesetiaannya itulah yang akhirnya membuat statusnya sebagai umat pilihan Allah yang diperoleh dari suaminya tidak hilang bahkan statusnya bukan hanya  terhisap sebagai  bangsa yang dipilih Tuhan pada akhirnya justru Rut dipakai lebih jauh oleh Tuhan sebagai saluran dari silsilah kelahiran Tuhan Yesus.
Rut benar-benar memiliki sikap yang luhur kesetiaannya tidak dapat diremehkan, bagi kita hal itu sulit dimengerti apa sebenarnya yang menjadi motif ataupun alasan dari Rut untuk tetap tinggal bersama mertuanya, yang secara lahiriah kita bisa bayangkan mungkin Naomi hanya seorang yang sudah tua dan mungkin juga miskin karena dia hanya seorang janda yang ketika datang di Moab bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik namun sebelum impian itu terjadi justru kemalangan demi kemalangan menerpanya. Sikap Rut harusnya menjadi teladan bagi kita dengan ketulusan dan kesetiaannya dia jalani hidup tanpa keluhan sekalipun, lalu bagaimana dengan kita?

Yang kedua adalah adanya sikap kerja keras dan kepatuhan Rut (2:1-23). Sikap kedua yang  patut kita teladani dari Rut adalah sikap kerja keras dan kepatuhannya. sebagai umat pilihan Allah seharusnya sikap itu muncul dalam diri kita. Kita bisa melihat bagaiman Rut bukan seorang yang memanfaatkan keadaanya supaya dapat belas kasihan, dia tidak terpuruk dalam kesediahan dan menyalahkan keadaan namun dia bangkit dan bersemangat untuk bertanggung jawab terhadap putusannya. Rut tidak berpangku tangan dia memulai hidupnya yang baru dengan harapan baru, dia bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diperlukan bagi hidupnya. Dan dengan semangat itulah dia menjalani hari – harinya,  hingga tiba waktu Tuhan memperhatikannya. Tekad dan kerja kerasnya dipandang oleh Tuhan hingga dia mendapat belas kasih dari Boas, dan itulah pemeliharaan Tuhan yang harusnya kita pahami. Tuhan adalah Allah yang menyediakan Dialah El-Shaday, yang maha besar dan berkuasa baik dibumi maupun di sorga, dan Allah selalu memandang kepada setiap pribadi yang lurus jalan hidupnya. Memang anugerah itu kepada setiap pribadi tidak semuanya sama namun kita melihat karena kerja kerasnya Rut mampu mencukupi keperluannya bahkan karena kepatuhannya dia bisa menjadi berkat bagi mertuanya dan yang terindah pada akhirnya dia menjadi seorang yang diperkenan Tuhan.

Pertanyaannya bagaimana dan seperti apakah hidup kita, apakah kita sudah memiliki sikap hidup umat pilihan Allah?   

Siap Dididik



Siap dididik
Ibrani 12:1-17

Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang .”(8)

Minggu ini kita masih belajar  bagaimana hidup kita mengalami next level. Dalam mencapai hal tersebut sayangnya banyak sekali orang yang ingin mencapai taraf tersebut dalam hidupnya namun kadang tidak ingin mengalami prosesnya, dan itulah kebiasaan umum dari manusia dimana selalu ingin mendapatkan sesuatu bahkan dengan cara instant namun kurang begitu suka untuk menghadapi prosesnya. Dan bukankah kadang itu juga menimpa kita. Sebagai orang percaya dengan status khusus kita sebagai anak Allah seharusnya kita memiliki perbedaan dengan dunia. Lalu bagaimana kita mampu masuk dalam next level dalam kehidupan kita;
            Yang pertama, Siapkan hidup kita hanya untuk berpengharapan kepada Tuhan Yesus. (Ibrani 12:1-3). Penulis Ibrani dengan jelas menyatakan supaya kita mengarahkan pandangan hanya pada Tuhan Yesus, karena Dialah yang akan memimpin kita, bahkan terlebih dahulu Dia telah memberikan contoh teladan terbaik bagi hidup ini. Betapa membahagiakannya jika kita bisa sampai pada taraf itu.  Betapa hebatnya Dia, kita memiliki pemimpin yang luar biasa, Tuhan Yesus bukanlah pemimpin yang hanya sekedar berbicara namun tidak mampu menjalankannya. Dia bukan NATO (No Action Talk Only), Yesus adalah pelaku dari Firman itu sendiri., Dia yang adalah empunya segalanya, Dia yang tanpa salah dan dosa justru kuat dalam menghadapi banyak hal bahkan ketika didesak dan disesak sekalipun. Itulah alasan mengapa kita harus memandang dan hanya berpengharapan kepada Dia.

                Yang Kedua  siapkan hidup untuk dididik (Ibrani 12:4-17). Betapa harusnya kita malu jikalau jadi orang percaya yang hanya suka dan berorientasi kepada hasil saja namun tidak mau masuk dalam prosesnya. Betapa harusnya kita malu jikalau dalam hidup ini kita gampang menyerah jika menghadapi tantangan, betapa sering kita menjadi mundur jika menghadapi didikan Tuhan. Bukankah dengan jelas dikatakan seorang anak yang dikasihi justru mendapatkan didikan.
Sebagai seorang anak sudah seharusnya kita mau menerima sebuah didikan. Didikan bukan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki dosa atau kesalahan namun kadang kala sebuah didikan digunakan untuk membuat kehidupan seorang anak menjadi lebih baik dari hari yang lalu.  Jadi jikalau saat ini mungkin kita menghadapi didikan Tuhan itu berarti kita sedang dibina untuk menjadi lebih kuat, memang istilah menghajar dalam ayat 6 sepertinya sebuah bentuk yang keras karena kita biasa menggunakan kata itu sebagai bentuk aktif dari tindakan menghukum namun sebenarnya ayat itu bermakna menuntun atau mendidik, namun jika sekalipun didikkan itu menerpa kita dan kita mengalami tegoran Tuhan itu berarti Tuhan sangat sayang pada kita (amsal 3:11-12). Jadi siaplah selalu untuk dididik oleh Tuhan.   

gandum dan lalang



Gandum dan lalang
Matius 13: 24-30,37-43

“Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu” (30)

Dalam mencapai sebuah pertumbuhan iman kita samapi kepada level yang lebih tinggi sudah seharusnya kita sebagai orang percaya terus belajar akan kebenaran firman Tuhan. Salah satu bagian yang menarik yang perlu kita pelajari adalah perumpamaan-perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus banyak menggunakan perumpamaan dalam memaparkan apa yang menjadi kehendak Sorga bagi hidup kita. Salah satunya adalah bagaimana Tuhan ingin memaparkan bahwa dalam hidup ini ada beberapa hal yang harus kita pahami, Allah ingin kita mengerti bagaimana realita hidup didunia ini. Pemahaman yang benar akan hal tersebut akan sangat berarti bagi kehidupan kita, sehingga kita tidak menjadi orang yang salah dalam memahami bagian kehidupan yang Allah berikan kepada hidup kita. Lalu apa hal yang dapat kita pelajari dari perumpamaan tentang gandum dan lalang dalam nats diatas;
Yang pertama, perumpamaan itu mengajar kita untuk menyadari bagaimana Allah selalu memiliki rancangan yang baik dalam hidup kita. Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus mengingini kita untuk mengerti bahwa hidup kita adalah taburan kerajaan Sorga, gandum itu adalah pribadi orang percaya yang Allah tempatkan didunia dengan segala kebaikannya. Allah dalam tindakan-Nya tidak pernah salah, Satu keinginan Allah ketika manusia ditempatkan didunia yaitu untuk memelihara dunia ini dan itu sebenarnya bukanlah beban bagi manusia. Rencana awal manusia ditempatkan didunia ini bukanlah untuk menderita, keinginan Allah justru manusia berkuasa atas dunia ini dengan memelihara keberadaannya. Namun rupanya manusia tidak dapat mengembang tugas itu dengan benar ketika iblis mulai merayunya. Itulah perumpamaan yang Tuhan Yesus sampaikan dimana Allah menabur gandum sedangkan musuhnya menyebarkan benih lalang. Dan rupanya tantangan itu terus berlanjut hingga hari ini, keberadaan kita didunia inipun merupakan benih terbaik yang Allah berikan bagi dunia, dan kita harus menyadari hal tersebut sehingga kita seharusnya bisa menunjukkan kualitas tersebut Sebagai orang percaya kita seharusnya bisa tampil beda, jangan kita menyerah dan kalah dengan berpikir kenapa Tuhan tidak menjagai ladang yang ditaburinya. Kenapa iblis masih bisa menyebarkan lalang. Kita harus membuang jauh-jauh pemikiran tersebut, keberadaan dunia yang rusak jangan menjadikan kita menjadi kalah justru saat itulah kesempatan bagi kita untuk tampil beda. Kita harus mampu memperlihatkan keberadaan kita sebagai gandum, gandum adalah bahan yang berguna bagi kehidupan manusia sehingga jika kita diibaratkan sebagai gandum didunia ini sudah seharusnya hidup kita berguna bukan hanya bagi gereja namun juga bagi masyarakat sekitar sehingga rancangan Allah untuk menjadikan kita berguna dapat berhasil.

hal kedua yang harus kita pahami dari perumpamaan ini adalah kesadaran kita untuk memahami kondisi real yang harus kita hadapi didunia ini. Jika kita memperhatikan perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan kita akan bisa melihat bagaimana awalnya gandum dan lalang adalah tumbuhan yang hampir memiliki kemiripan ketika masih kecil, baik itu dari segi warnanya ataupun bentuknya, sehingga dalam ayat 30 Tuhan tidak mengijinkan lalang itu dicabut dari ladang yang telah ditaburi gandum. Perumpamaan ini mengajar kita untuk lebih memiliki kepekaan untuk dapat membedakan antara benih dari Tuhan atau benih dari si jahat. Kedua benih itu hanya akan terlihat ketika masa tuai tiba. Jika benih itu adalah gandum maka akan menghasilkan dan mendapat tempat berharga namun jika benih itu lalang pasti tidak menghasilkan apapun bahkan saatnya nanti hanya akan dibakar.
Pertanyaannya sekarang adalah dalam hidup ini, kita sebenarnya benih gandum atau  benih lalang yang mampu menjawab adalah pribadi dan hidup kita sendiri. Jika kita adalah gandum berbuahlah bagi Tuhan jika kita masih merasa lalang siaplah berbalik arah dan temukan kasih pengampunan Tuhan Yesus.